Rintik hujan mulai membasahi pipi gadis itu, tapi dia tidak berlari menghindari hujan seperti yang lainnya, dia justru sangat menikmati air hujan yang membasahi seluruh sudut kota. Tanpa tergesa-gesa dia justru berjalan sambil sedikit menari sepanjang jalannya pulang kerumah. Dia menari, tersenyum, dan tertawa.
Gadis itu merenggangkan tangannya, menaikan dagu nya, menghadapkan wajahnya kearah langit, menutup matanya, membiarkan air hujan mengenai seluruh wajahnya.




Namun setelah beberapa lama dia menikmati itu, air hujan seperti tidak membasahi wajahnya lagi. Gadis itu membuka matanya dan dia melihat sosok lelaki yang sangat dikenalnya, lelaki itu memayungi gadis itu, tidak membiarkan gadis itu kehujanan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya gadis itu, dia membersihkan wajahnya agar bisa jelas melihat dengan tangannya yang juga basah.

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan?" Suara lelaki itu beradu dengan suara derasnya hujan.

"Aku bersenang-senang" gadis itu tersenyum dan mengambil payung biru dari tangan lelaki itu dan melemparkarnya, membiarkan hujan membasahi mereka berdua.

"Kamu bisa sakit, Debby" begitu lelaki itu menyebut nama gadis itu

"Tidak akan Dit, percaya padaku" Debby menarik tangan Adit dan diajak nya Adit berlari melawan derasnya hujan.

Kesenangan terpancar dari wajah mereka berdua, senyum diwajah Debby membuat Adit rela basah kuyup demi melihat senyuman indah itu.

Mereka berdua berhenti berlari, tapi tangan mereka tetap saling menggenggam, Adit tersenyum melihat Debby yang begitu bersemangat.

"Sepertinya aku lelah" suara Adit terputus-putus, ia memegangi lututnya dengan satu tangan, dia menatap debby heran karena melihat wajah debby masih bersemangat, "kesini.." Adit menarik Debby ke teras depan sebuah toko yang tutup untuk berteduh. "Disini lebih baik" adit mengambil kedua tangan Debby, digenggam nya tangan gadis itu agar debby merasa lebih hangat, "terimakasih" Debby tersenyum.

Suara gemuruh hujan meredam seluruh suara yang ada, suara mobil yang lalu lalang, suara orang yang saling menyapa, semua nya digantikan dengan suara hujan yang deras.

Meski saling berdekatan, mereka tak saling bicara, debby lebih memilih melihat pemandangan aktivitas orang yang terganggu oleh hujan, sementara adit hanya diam, suara gemuruh hujan beradu dengan suara gemuruh di dalam hatinya yang sedang berdebat. Sampai akhirnya adit memulai pembicaraan....

"Eeeh Deb?" Adit memanggil Debby yang saat itu juga menoleh pada Adit, Adit terlihat kikuk, melihat mata cokelat Debby membuat jantung Adit berdetak seperti suara drum band musik rock.

Debby tersenyum dan mundur agar lebih dekat dengan Adit, ditatapnya mata hitam Adit yang terang

"Apa kamu menyukaiku?" Suara Adit terdengar parau dan terbata-bata

"Tentu saja aku menyukaimu, jika tidak, tidak mungkin sekarang kita bersama" Debby tersenyum kikuk, ia kembali menatap lurus melihat hujan

"Maksudku, kau tahu, menyukaiku lebih dari sekarang, lebih dari seorang teman..." Suara Adit masih terbata bata namun kali ini nada suara nya tidak parau
"A-apa kamu memiliki rasa suka padaku lebih dari seorang teman, lebih dari sahabat, maksudku seperti sayang atau cinta, apa kau memiliki rasa itu terhadapku?"

Adit diam, Debby pun tetap diam tanpa menoleh dia masih menatap lurus, gadis itu tidak tahu bahwa teman nya itu menyukai dirinya lebih dari seorang teman. Semua rasa seperti berkecambuk dalam hati Debby, ia tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan, sulit untuk gadis itu mengetahuinya.

"Jadi kamu bertanya padaku apa aku memiliki rasa yang lebih terhadapmu?" Akhirnya Debby bersuara, Adit menganguk dengan yakin
"Bagaimana dengan perasaanmu kepadaku Dit? Apa kamu merasakan hal yang kamu bilang kepadaku?" Debby berbalik bertanya kepada Adit, dia menatap mata laki-laki itu

"Tentu saja, aku merasakan kenyamanan setiap bersamamu, aku bisa tersenyum melihat kau terseyum, menangis melihat kau sedih, aku mencintai dan menyayangimu Deb, selama ini, selama kita selalu bersama" tidak ada keraguan dalam kata-kata Adit, dia mengeluarkannya dengan begitu yakin

Debby mengedipkan matanya beberapa kali, mengadahkan wajahnya ke atas untuk menahan air matanya turun, ia sangat bingung apa yang harus dikatakannya, ia mencoba mencari jawaban yang tepat. "A-Aku tidak benar-benar tahu apa yang kurasakan saat ini, aku selalu senang saat di dekatmu, aku juga dapat tertawa lepas saat bersamamu, tapi aku tidak tahu apa ini yang namanya cinta.....", nada suaranya menggantung. ".........maafkan aku"

Debby bingung apa yang harus ia katakan, kata-kata itu begitu saja keluar dari mulutnya, detak jantung Debby lebih kencang dari sebelumnya, seperti beradu dengan derasnya hujan.
Kesunyian tiba-tiba terasa, seperti tidak ada suara dari manapun, bahkan suara gemuruh hujan deras seperti tidak terdengar. Hanya ada suara dari detak jantung masing-masing yang sangat kencang.

"Tidak apa-apa...." Adit tertawa enggan "terimakasih telah berkata jujur, aku tidak menyalahkanmu....",  "....A-aku duluan" Adit berjalan menerobos hujan, dia menoleh untuk tersenyum dan melambaikan tangannya pada Debby. Dia melakukan hal itu agar gadis itu tidak tahu kalau sebenarnya dia menangis, sebenarnya dia menangis ditengah derasnya hujan. Dia meninggalkan gadis itu sendirian agar gadis itu tidak melihatnya dalam keadaan lemah.

Debby hanya menatap Adit yang mulai menjauh dan tak terlihat, lelaki itu meninggalkannya sendirian di tengah derasnya hujan. Debby tak tahan menahan air matanya, dia pun membiarkan air mata itu turun membasahi pipinya, Debby bersandar ke tembok toko itu masih dengan menangis, mengasihani dirinya sendiri yang begitu bodoh.
Dunia sangat indah, pikirnya, tuhan menciptakan orang yang akan selalu membuatnya tersenyum, tapi tidak sekarang, orang itu telah pergi.
Dia merasakan kehampaan saat Adit tadi meninggalkannya, merasa seperti ada sesuatu dari tubuh miliknya yang hilang begitu saja.

Debby tau rasa yang dirasakan adit terhadapnya juga dia rasakan untuk adit, tapi masih ada keraguan disana, Gadis itu tidak tau harus berbuat apa, diakuinya, dia senang saat didekat adit dan juga hampa saat tidak ada Adit disisinya. Dia mencoba mencari jawaban dari dalam hatinya. Dia mengangguk, dia tahu apa itu.

Debby mengelap air mata nya yang membasahi pipinya, dia berjalan melawan derasnya hujan, berjalan mengikuti jalan yang tadi dilewati Adit, berharap akan menemukan Adit disana, melihat sekeliling tapi tidak menemukan sosok Adit.
Gadis itu berjalan lagi dan lagi tanpa memperdulikan tatapan orang yang heran akan dirinya, dia tetap berjalan sampai akhirnya dia tiba didepan rumah mewah bergaya klasik, rumah milik Adit.

Debby membunyikan bell rumah itu, seseorang keluar dan ternyata pembantu nya Adit, pembantu itu bilang Adit belum pulang.
Debby berjalan keluar gerbang rumah itu, memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit, dan kembali menangis.

Dia bingung apa yang seharusnya dia lakukan, dia sangat takut kehilangan Adit, tapi entah kemana lagi dia harus mencari lelaki itu.

Debby masih terdiam, bediri di tengah derasnya hujan, tapi kali ini kepalanya sudah tidak terlalu terasa sakit, dia menjauhkan pikiran sedih yang ada dikepalanya, dia menukarnya dengan kenangan indah yang dia alami saat bersama Adit, saat mereka pertama kali bertemu, itu termasuk kenangan terindah yang debby punya, karena dia merasa sangat bahagia telah bertemu dengan laki-laki itu dan akan sangat sedih jika dia tidak akan pernah mengenal sosok Adit lagi.

Saat pertama kali bertemu... Tiba-tiba muncul seulas senyuman di wajah Debby, disingkirkannya rambut yang menghalangi wajah debby, debby kembali berjalan melawan hujan, berjalan dengan cepat, tidak, dia berlari.

Debby tau dimana dia akan menemukan Adit, tempat saat mereka bertemu, di rumah pohon miliknya berdua, debby yakin adit pasti pergi ke tempat itu. sambil berlari debby mengelap air mata yang bercampur hujan diwajahnya, dia berlari dan tersenyum, dia berlari hingga hampir terjatuh, tapi itu tidak membuatnya lelah.

Sampai akhirnya Debby menghentikan langkahnya, dia berhenti hampir terjatuh di dekat pohon besar yang terdapat rumah pohon disana, napasnya tersengal-sengal tapi tidak membuat semangatnya luntur. dia tahu pasti ada Adit di atas sana.

"Hei.. Adit, aku tau kamu diatas sana!" Nada suara Debby mengalahkan suara gemuruh hujan "Tolong turun, aku ingin bicara..." Tidak ada suara yang menjawab, "baiklah..kalau kamu tidak ingin turun, aku bicara keras seperti ini saja" Debby diam sejenak, dia menunggu balasan dari Adit tapi tidak ada suara yang menjawab.
"Maafkan aku dit..." "Aku tahu aku munafik..aku bodoh..." Debby terus melanjutkan "Aku memberitahu mu aku tidak yakin dengan perasaan yang aku rasakan untukmu...."  "...tapi yang aku yakin.. Saat kamu bersama ku, aku merasa sangat sangat bahagia, tapi detik berikutnya, saat kamu pergi meninggalkanku, di tengah hujan, saat aku tidak bisa menemukanmu, Aku...aku merasa sangat sedih dan hampa..." Debby diam untuk mengambil napas "Apa...apa itu yang namanya cinta?"

Debby diam untuk mendengar jawaban dari Adit, tapi tidak ada yang menjawab, Debby menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya itu, dia merasa sangat sedih dengan sikap Adit, dia tahu dirinya bodoh, terlambat untuk menyadari itu semua, dan dia mulai menangis.

Tiba-tiba debby merasa kaget saat ada seseorang yang memeluknya dari belakang, memeluk Debby dengan erat, "Aku tahu kamu mencintaiku juga" Adit. Ia  semakin erat memeluk tubuh Debby.

Sedari tadi Adit memperhatikan debby dari belakang, ia tersenyum melihat Debby datang ke tempat yang sangat istimewa untuknya, Adit mendengarkan setiap kata yang Debby ucapkan, tapi dia sengaja tidak bersuara. Dia tau Debby juga mencintainya.


Debby tersenyum dan berbalik agar juga bisa memeluk Adit, dipeluknya Adit dengan erat sambil menangis "aku mencintaimu" semakin erat pelukan dari Adit, semakin air matanya turun begitu deras, Debby menangis dalam pelukan Adit, pelukan yang sebenarnya dia butuhkan sejak tadi.

Adit membelai rambut Debby yang basah, dia terseyum bahagia di balik tubuh gadis itu, Adit melepaskan pelukannya, dan memegangi bahu Debby "Kenapa kamu menangis?" Adit mengelap wajah Debby yang basah dengan air mata dan air hujan, Debby tidak menjawab, dia malah tertawa dan memukul dada lelaki itu "Kenapa kamu sangat jahat?" "Meninggalkanku di tengah derasnya hujan..." "Kamu pikir itu perbuatan baik?" Debby tertawa ditengah tangisannya.
"Maafkan aku, tapi sekarang kamu bersamaku" Adit kembali menarik Debby dalam pelukannya, Adit seperti tidak ingin melepas pelukannya itu, dia mencium kening Debby dengan lembut, dan hatinya pun tersenyum.

Debby merasa sangat nyaman berada dalam pelukan Adit, sekarang dia tau yang dia rasakan itu cinta, Debby tersenyum dalam derasnya hujan. Dia melepaskan pelukan adit, kembali merenggangkan tangannya, menghadapkan wajahnya kelangit dan berputar putar disana, dia merasa bahagia walau hujan membuatnya basah.

Dia mencintai hujan, mencintai setiap detik momen yang terjadi saat hujan, dia bersyukur tuhan menciptakan hujan, hujan yang membawa kedamaian, dia bahagia kisahnya terjadi di tengah derasnya hujan.